Februari 2020 keluarga kecil kami bersuka ria menyambut kehadiran anggota baru, iya dia adalah anak kedua ku yang aku lahirkan melalui proses operasi caesar pada tanggal 20 februari 2020. Tanggal cantik yang memang sengaja ku pilih, karena memang sc yang kulakukan sudah direncanakan.
20 februari 2020,
Pukul 14.00 alhamdulillah aku melahirkan bayi laki laki dalam keadaan sehat dengan berat 3,3 kg berparas mirip sekali denganku, yang kemudian kami beri nama Muhammad Shankara Dhanesh Soewardi, panggil saja dia Kara. Entah kenapa, hati kecilku pertama melihat kara seperti "akan ada apa ya kok melihat dia seperti ada sesuatu yang mengganjal", tapi aku berusaha keras menghilangkan jauh-jauh pikiran negatif tsb. Setelah menjalani masa recovery, aku pulang kerumah bersama kara, tentu saja sudah disambut hangat oleh anak pertamaku Adeeva yang saat itu berusia 4 tahun.
Pada saat itu, sekalipun aku tidak pernah melakukan sunbathing untuk kara, karena musim hujan sedang mencapai puncaknya. Alhasil kara terlihat kuning, ya lubirin nya meningkat. Aku terus terapi dengan bantuan bohlam untuk menghangatkan badan mungilnya.
28 februari 2020,
Virus corona mulai menggegerkan di media manapun, namun pak jokowi belum membuat pernyataan jika ada kasus di indonesia. Ini membuatku menjadi panik tingkat dewi-dewi kala itu dikarenakan seisi rumah mengalami flu, batuk, radang tenggorokan dan sedikit demam, suami, anak pertamaku, adikku & mertua. Hanya aku dan kara yang tidak tertular. Tapi siapa sangka hari itu aku mendengar anakku beberapa kali batuk, aku masih mencoba berprasangka baik kalo kara hanya keselek. Hmmmm.... Padahal hatiku sudah ketar ketir takut kara tertular. Dan ya benar saja kara sedikit demam dan mengeluarkan cairan di hidungnya.
Aku mencoba cari jadwal dokter anak saat itu, namun karna weekend tidak ada dokter yang praktek. Aku coba terapi dengan baluran minyak telon yang kucampur dengan bawang merah, kompres air hangat, dan pijat badannya agar terasa lebih enak.
02 maret 2020,
Malam hari aku bawa kara ke dokter anak bersama suamiku, diperiksa dan dokter mengatakan ya benar anakku tertular. Diberi resep obat penurun demam, pilek dan batuk meskipun hatiku berkecamuk anak sekecil ini sudah harus meminum obat, namun lagi-lagi aku berpikir dokter tau kok yg baik buat anakku.
04 maret 2020,
Setelah tiga hari minum obat dari dokter, demam kara mulai membaik, namun cairan di hidungnya berubah warna dari yang tadinya bening menjadi hijau kental. Lagi-lagi kebodohanku berfikir "oh alhamdulillah udah mau sembuh". Tapi kara jadi lebih sering tidur dan jarang menangis, bahkan tidak menangis hanya merintih, aku berfikir mungkin karna efek obat. Lagi lagi ini minimnya ilmuku, bahwasannya anak bayi harus menangis dengan keras, jika merintih maka ada yg salah di tubuhnya. Sebodoh itu aku..
Keesokan hari adalah awal air mataku tidak berhenti mengalir........
05 februari 2020,
Aku terus menjaga daya tahan tubuhku agar tidak ikut tertular meskipun aku sudah merasakan gejala flu sepeti bersin terus menerus, masker tidak pernah ku lepas semenjak pulang dari rumah sakit. Pagi hari aku mendapati kuku anakku sedikit membiru, dan badan yang sedikit dingin (Mengetik inipun aku masih gemetar teringat kejadian itu). Aku coba hubungi temanku yang seorang bidan dan kukirim foto kuku kara. Dia cuma menjawab "kak, bawa ke rs skrg ya jangan nanti-nanti". Ya allah rasa tak punya tulang badanku saat itu. Ada apa ini ya allah" segera ku kemasi keperluan kara kedalam tas dan bergegas ke rs terdekat dari rumahku. Sesampainya di dokter, dokter mengatakan "ibu ini anaknya sesak berat, ibu lihat cara nafasnya, kukunya sampai membiru ini pneumonia, harus masuk NICU bu. Tp maaf disini tidak ada NICU saya rujuk ke RSUD ya bu karna disana ada NICU". Aku tidak bisa berkata-kata selain menangis sejadi-jadinya. Kenapa aku bisa selalai ini tidak melihat gejala-gejala yang ada. Aku segera bergegas bersama suamiku dan ibuku ke RSUD. Sesampainya di RSUD kami langsung ke IGD untuk penanganan pertama untuk kara. Keadaan disana sungguh crowded, kara baru ditanganin setengah jam setelah sampai, aku yang full menggunakan masker hanya terdiam duduk disamping kara sambil ku genggam jari jemarinya agar ia tak merasa kedinginan tentu dengan air mata yang tidak berhenti mengalir sedetikpun. Jahitan pasca sc pun mendadak tidak lagi kurasakan meskipun dirumah aku sangat merintih karena menurutku sc kedua kalinya ini lebih sakit dibanding sc sewaktu melahirkan anak pertamaku.
Badnews, dokter menginfokan jika NICU di RSUD tersebut full, kara masuk waiting list ke 7. Bak disambar petir apa yg harus saya lakukan ya allah. Pihan RS memberi saran untuk mencari alternatif RS lain yang NICU nya available dengan syarat harus tersedia ventilator stand by. Saat itu juga aku menyebarkan ke sanak saudara, kerabat dan teman-teman semua ikut membantu mencari NICU untuk kara. Suami memilih untuk langsung mendatangi RS RS lain disekitar yg mempunyai nicu dengan ventilator. Sampai pukul 9 malam hasilnya nihil, tidak ada 1pun RS yg available dengan menggunakan BPJS. Ya kami memang hanya punya jaminan kesehatan BPJS karna suami bekerja di kantor pemerintahan. Aku yang sedang duduk berjarak 1 meter dari kara melihat dokter berlarian ke anakku, aku sontak menghampiri, dokter berkata "ibu bantu doa aja ya ditakutkan gagal nafas karna semakin menurun" aku hanya berteriak dan ya aku pingsan. Sesadarku aku merengek minta bantuan dokter untuk selamatkan anakku. Suamiku yang sedang mencari RS lain segera datang untuk menemaniku yang saat itu sungguh tidak bertulang. Beberapa Kerabat datang untuk membantu mencari nicu dan sekedar menguatkan aku dan suami. Waktu telah menunjukan jam 11 malam. Akhirnya aku dan suami berunding untuk memindahkan kara ke perina, kami rasa perina jauh lebih baik dibanding igd dengan segala usia dan ragam penyakit. Pukul 1 dini hari proses pemindahan kara ke perina disertai aku, suami, ibuku dan beberapa kerabat. Bidan menjelaskan beberapa point, dan ya aku dilarang untuk menunggu anakku selama di perina. Bagaimana mungkin bisa anakku sedang berjuang tanpa fasilitas perawatan yang seharusnya dan aku tidak ada disampingnya. Aku berkali-kali berucap kepada bidan, "tolong jaga anak saya, jaga ya bu tolong, besok saya kesini lagi tolong tolong tolong dan tolong" dengan terus isak tangisku.
Suamiku terus memelukku berusaha menguatkan aku. "aku yang akan stand by di RS, aku tunggu di mobil kalo di perina kan ga boleh, skrg aku anter kamu pulang dulu kasian kaka dimobil sama mama".
Aku teringat dengan anak pertamaku, ya allah sehanyut ini aku dengan kara hingga lupa ada 1 anak lainnya yang juga butuh ibunya, terlebih ia sedang sakit flu harus tidur di mobil menunggu aku.
Aku kuatkan diriku dan kembali kerumah dengan langkah yang berat.
06 februari 2020,
Pagi itu keadaanku lebih baik, meskipun flu jadi menyerangku juga. Aku meminta adikku untuk mengantarku ke RS karna jam besuk kara jam 11 siang. Sepanjang perjalanan aku hanya berucap dalam hati, "ya allah, maafkan aku yang terus merengek seperti tidak percaya adanya Allah, kenapa aku harus menyesali anakku yang juga belum mendapat kan NICU hingga detik ini, padahal kalo memang allah mau ambil anakku pun bisa dengan mudahnya meskipun anakku sudah mendapatkan nicu dari kemarin, dan kalaupun kara ditakdirkan akan sembuh, pasti ada jalan meskipun sesulit ini". Aku terus berucap demikian dalam hatiku. Berserah dan pasrah yang kurasakan saat itu. Ku jenguk anakku tanpa air mata, karna aku percaya, aku harus bisa kuat untuk menguatkan anakku. Aku bisikan kara dengan lembut meskipun sedikit bergetar "nak, kara sholeh, semangat ya kara gak sendiri mami selalu jaga kara, Allah akan mudahkan kara untuk sembuh, kara akan sembuh mami yakin kara kuat".
Waktu besuk yang terbatas aku kembali ke bawah untuk terus mencari informasi ke pihak RSUD apakah sudah mendapat alternatif RS lain yang available nicu nya. Jawabannya masih sama, belum bu kita masih terus mencari. Aku balas senyuman dan meninggalkan ruangan tsb dengan penuh sesak memikirkan nasib anakku.
bersambung....
Nunggu lanjutan ceritanya kak, gmn anakny?
BalasHapusBerkaca kaca bacanya, ditunggu kelanjutannya ya kak
BalasHapusYa Allah mak.. aku ngebayangin gimana paniknya mamak pas itu.. huhu.. nunggu kelanjutannya.. :')
BalasHapusYaallah bund,ibu super
BalasHapusSehat selalu ya.
Nanti aku baca lagi next ceritanya
Ya allah mom, kuat banget kamu mom, ga kebayang kalo aku ada di posisi mom, ditunggu kelanjutan ceritanya ya mom
BalasHapusYa Allah bacanya sambil termewek mewek ini,mom harus kuat Yaa semangat
BalasHapusHuhu kalo anak yang sakit lemes banget ya, semangat ya mom..
BalasHapusSemoga semakin membaik dan pulih kelanjutannya
BalasHapusYa Allah.. nangis aku mom bacanya 😭
BalasHapusRemuk rasa tulang ini kalau anak sakit ya mom. Di tunggu next cerita nya
Luar biasa banget mom super semiga lekas sehat yah mom
BalasHapusYa Allah gak kebayang aku mom rasanyaa, anak waktu itu ISK aja udah pusing, gimana ini sesek napas huhu
BalasHapusMewekkk aku mak😭😭😭 ditunggu kelanjutannya ya makk
BalasHapusBeb mewek bacanya aku. Perjuangan mu luar biasa
BalasHapuslangsung nangis aku bacanya, ibu kuat, ibu hebat ..
BalasHapusperjuanganmu benar-benar luar biasa banget, ditunggu kelanjutannya yaa
Masyaallah super mom yaa pokoknyaaa sehat2 selalu ya mom
BalasHapusYa ampun, banyak cerita yaa maaak,, semangat terus para moms, emang kalau anak sakit itu, udah deb, remuuk hati rasanyaaa 😢😢
BalasHapusYaa Allah bacanya sambil mewek, luar biasa sekali kamu mom! Pengen tau lanjutan ceritanya🥺
BalasHapusKuat banget ya bun. Ditunggu next update
BalasHapusSri lestari
Aku nunggu cerita selanjutnya:((( ya Allah aku ikutan ngerasa mau pingsan juga bacanya :,((( ya allah mom kamu hebat bgt... Kuattt..
BalasHapusGa kebayang mom berada disituasi begitu. Apalagi saat pandemi.mom hebbat mom kuat. Kalau boleh tau gimana keadaan kara skrg mom
BalasHapus