Aku berjalan keluar RS dimana banyak pedagang kaki lima menjajakan dagangannya, aku duduk dibawah pohon ditemani suamiku. Pukul 3 sore mertuaku whatsapp memberikan info bahwa ada rekannya yang mengenal pihak RS Polri, dan memberi kabar jika nicu dengan stand by ventilator tersedia. Rasanya aku seperti bisa nafas kembali, tapi aku tidak mau berharap karna sudah lebih dari puluhan yang memberi info seperti itu namun saat kita datangi RS tsb dibilang full, Jadi yaaa aku agak worry tapi aku tetap coba hubungi pihak RS Polri tsb dan berkordinasi dengan pihak RSUD. Suamiku terus memfollow-up dan ya alhamdulillah benar adanya RS Polri mempunya nicu yg available dengan standby ventilator😢😢😢😢 aku menangis bahagia karna kara akan ditangani dengan tepat. Kami lanjuti dengan mencari ambulance swasta yang memiliki fasilitas ventilator. Alhamdulillah proses rujuk kara terlaksana dengan cepat, pukul 8 malam kara kami bawa ke RS Polri ditemani suamiku didalam ambulance.
07 februari 2020,
Dini hari tepat pukul 1 malam kara masuk nicu, bagaimana perasaanku? Campur aduk. Bahagia karna anakku mendapatkan apa yang dia butuhkan, cemas karna anakku sedang berjuang. Karna jarak antara rumahku dengan RS Polri yang jauh maka aku putuskan untuk menginap di ruang tunggu beralaskan karpet penuh debu, batuk aku pun semakin menjadi-jadi karna lelah yang tidak kurasakan, makan yang tidak beraturan, dan pikiran yang tidak pernah berhenti bekerja. Suamiku pulang untuk mengambil keperluanku dan keperluan kara selama di nicu. Setiap hari selalu ada panggilan dari pengeras suara untuk keluarga pasien di ICU dan mengabarkan bahwa keluarga tsb telah berpulang, isak tangis hingga jeritan-jeritan sudah tak asing di kupingku saat itu, namun itu menjadi momok menakutkan bagiku ketika pengeras suara hendak memanggil keluarga dari pasien. Setiap hari ku tengok anakku, tapi ku pastikan aku masuk menemui kara dalam keadaan waras, tidak kalut dalam sedih dan energi yang positif karna aku ingin kara merasakan semangat dariku. Lagi lagi ku bisikan dan ku genggam jemari nya yang mungil didalam inkubator
"kara yuk sehat yuk, anak mami anak kuat, kan kita mau anter kaka sekolah nanti, yuk sehat yuk" seperti mengerti akan kehadiranku, ia menangis dan SpO2 nya menjadi naik turun, sehingga indikator di layar jadi memberikan alarm, aku menjadi panik bukan main ini kenapa suster kok begini, suster dengan sabar menjawab kepanikanku "gpp bu, kan adeknya nangis, ibu kalo nangis nafas juga jadi terpenggal-penggal kan". Semua yang ada di layar dan semua alat yang terpasang di anakku aku tanya apa dan untuk apa. Selama aku disana, aku enggan menjawab chat-chat dari kerabat karena takut menjadi-jadi kesedihanku, tapi ada 1 teman yang tidak begitu kukenal, dia pernah mengalami posisi sepeti ini, dia ibu yang hebat menurutku, dianugerahi anak berkebutuhan khusus, dengan segudang pengalamannya ia kuatkan aku, kata-katanya selalu bisa memberikan aku ketenangan. Perkataannya yang paling kuingat, ketika aku mengeluh aku ga sanggup, aku waswas, takut adalah "gapapa punya perasaan kaya gitu, wajar. Allah sengaja kasih perasaan itu ke umatnya biar selalu berdoa dan meminta kepada Allah". Ya allah nyessssss. Adem.
Semoga dirimu dan keluarga diberikan kesehatan ya mama reyya :)
2 hari berlalu aku selalu bertanya ada kemajuan apa kepada suster dan dokter, jawabnya masih sama ya bu, belum ada kemajuan tapi juga tidak memburuk masih stabil, kita berdoa terus ya bu. Setiap detik kupanjatkan doa bagi anakku, siapa saja yang menghubungiku dan datang untuk memberi support aku hanya jawab "doain kara ya" karna aku gak tau doa siapa yang akan dikabulkan lebih cepat oleh Allah. Beberapa hari kemudian dokter memberikan informasi bahwa anakku yang tadinya berpuasa asi, sudah boleh meminum asi lagi tapi masih melalui selang, saat itu juga yang kulakukan adalah gofood semua makanan kesukaanku. Yaaa, aku mau mood ku baik, aku ingin memproduksi asi sederas-derasnya, karna beberapa hari ini asi ku sempat sedikit sekali mungkin karna aku stres. Aku percaya karna asi adalah cairan terbaik bagi anakku saat ini. Aku pumping 2jam sekali, kemudian aku makan lagi, minum air hangat terus, dan aku menjadi lebih ceria dan bersemangat. Terlebih keesokan harinya suster memanggilku dan menyuruh aku memberikan asi langsung kepada kara, masha allah alhamdulillah anakku ada kemajuan, selang oksigen bubble cpap pun sudah dicopot. Ya alhamdulillahnya memang kara tidak sampai memakai ventilator, melainkan bubble cpap, 1 tingkat dibawah ventilator. Genap 7 hari, dokter menginformasikan bahwa anakku sudah boleh pulang. Ya allah tangisku pecah, aku tlp ibuku untuk kumintai tolong rapihkan rumahku, kupanggil jasa sedot tungau untuk lebih membersihkan kamarku. Suamiku yg saat itu sedang berada dirumahpun semangat 45 untuk ke RS menjemput kara dan aku. Sampai-sampai semangatnya baju kara ketinggalan dirumah, suster menanyakan ibu baju dedeknya disiapkan ya untuk persiapan pulang. Muka bingungku tidak bisa kusembunyikan, linglung, lupa kalo kara selama di nicu memang tidak menggunakan pakaian, dan pakaian-pakaian yg ada di tas ku kemarin aku minta tolong suami untuk cuci aja dirumah. Hahaha susterpun tertawa melihat ku yang melupakan baju anakku, alhasil aku kirim melalui gosend, yang memakan tarif lumayan dari rumahku ke RS Polri😂 tak apa, mami terlalu excited ya nak hehe.
Pembekalan sebelum pulang pun sungguh jelas dan lengkap, hingga cara menggendongpun diberitau kembali seperti aku baru memiliki anak untuk pertama kali. Alhamdulillah kara pulang kerumah, kara ku batasi bertemu dengan siapapun karna masih dalam kondisi recovery, dan aku pun mensterilkan siapa saja yg hendak masuk kerumahku. Yaaa segitu traumatik nya aku. Sesampainya dirumah telingaku masih terngiang-ngiang suara dari monitor di nicu, sejam sekali pun yang ku lakukan adalah menghitung nafas anakku dalam 1 menit. Sebegitu traumanya aku. Tapi alhamdulillah allah kasih anakku kesembuhan dan kekuatan bagi kami sekeluarga. Semoga siapa saja yang membaca ini diberikan kesehatan ya oleh Allah swt, dan kebahagiaan jugak! Karena bahagia bisa bikin sehat🥰😘
Komentar
Posting Komentar